Minggu, 26 Oktober 2014

Analisis Kondisi Keuangan PT. Astra Agro Lestari Tbk

A.    Profil Singkat PT. Astra Agro Lestari Tbk 
PT. Astra Astra Agro Lestari Tbk ("Perseroan") adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit tekemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak 34 tahun lalu, dengan komitmennya untuk selalu menghasilkan produk minyak sawit (CPO) berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri.
     Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang kini telah menyatu menjadi Bursa Efek Indonesia, sejak Desember 1997 dengan komposisi kepemilikan saham oleh investor publik saat ini sebesar 20,3%. Harga saham Perseroan juga terus naik dari Rp1.550 per saham saat penawaran umum saham perdana ( Initial Public Ofering / IPO) pada 1997 menjadi Rp. 19.700 per saham pada penutupan perdagangan tanggal 31 Desember 2012 di Bursa Efek Indonesia.
     Sejarah berdirinya Perseroan diawali tahun 1983, ketika induk perusahaan PT Astra Internasional Tbk, memutuskan untuk melakukan pengembangan usaha ke sektor agribisnis dengan membentuk unit bisnis baru.  Awalnya, unit bisnis ini bertanggung jawab untuk mengelola  perkebunan ubi kayu dan karet.
            Menyadarai bahwa prospek kelapa sawit sangat menjanjikan, manajemen memutuskan untuk fokus mengembangkan bisnis kelapa sawit. Pada tahun 1984, manajemen mengakuisisi PT. Tunggal Perkasa Plantations, yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit, seluas 15.000 hektar di Riau, Sumatera. Pada tahun 1988 PT. Astra Internasiona Tbk memutuskan menjadikan unit bisnis perkebunan kelapa sawit sebagai entitas bisnis baru dengan nama PT. Suryaraya Cakrawala. Tahun 1989, PT. Suryaraya Cakrawala diubah menjadi PT. Astra Agro Niaga. Pada tahun 1997, PT. Astra Agro Niaga merger dengan PT. Suryaraya Bahtera dan mengubah namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari.
            Setelah serangkaian merger, akuisisi, pengembangan baru dan restrukturisasi, PT. Astra Agro Lestari Tbk memiliki total aset Rp 12,42 triliun hingga akhir 2012. Saat ini, Perseroan memiliki 28.1089 karyawan tetap dan mengelola 272.994 hektar total perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang terdiri dari 212.622 hektar perkebunan inti dan 60.372 hektar perkebunan plasma.
            Keberhasilan Perseroan dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit tak lepas dari segala upaya untuk mencapai visinya menjadi perusahaan agribisnis yang paling produktif dan paling inovatif di dunia.
           
Visi dan Misi PT. Astra Agro Lestari Tbk :

Visi
Menjadi Perusahaan Agribisnis
yang paling Produktif dan paling
Inovatif di Dunia 

Misi
Menjadi Panutan dan Berkontribusi 
untuk Pembangunan dan
Kesejahteraan Bangsa




B. Analisis Ratio Keuangan
1.      Liquidity Ratio
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan PT. Astra Agro Lestari Tbk untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang harus segera dipenuhi (kewajiban jangka pendek) dengan menggunakan aset jangka pendek yang dimilikinya.
·         Current Ratio
Pada tahun 2006 mengalami penurunan, hal ini disebabkan current liabilities lebih besar dari current asset. Kemudian pada tahun 2007-2010 cenderung stabil dan semakin membaik karena nilai current ratio mendekati normal standar current ratio yaitu 2.0. Setelah itu pada tahun 2010-2013 mengalami penurunan karena terjadi penurunan harga minyak sawit dunia dibawah perkiraan sebelumnya bahkan mencapai level terendah.
·         Quick Ratio
Quick Ratio PT. Astra Agro Lestari Tbk  pada tahun 2006 mengalami penurunan yaitu senilai 0.5328, lalu mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2007-2010. Namun mencapai pada titik terendahnya pada tahun 2012.
·         Cash Ratio
Cash Ratio mengalami titik terendah pada tahun 2012 yaitu senilai 0.0876, meskipun pada tahun sebelumnya juga mengalami penurunan tetapi tidak serendah pada tahun 2012, yaitu pada tahun 2006, senilai 0.3467. Pada tahun 2007-2010 hampir mendekati standar normal 1.0 dan berarti nilai kas perusahaan mampu untuk menutupi seluruh hutang jangka pendeknya.
2.      Effisiensi Ratio
Aspek ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai dengan menggunakan hutang.
·         Inventory Turnover
Inventory Turnover pada PT. Astra Agro Lestari Tbk tidak mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif , sehingga membuat rasio perputaran persediaan mengalami keadaan yang cukup stabil. Namun apabila dilihat dari tabel, titik tertinggi terdapat pada tahun 2006 dan titik terendah terdapat pada tahun 2008.
·         Day’s Sales In Inventory
PT Astra Agro Lestari mengalami kelebihan persediaan pada tahun 2008, karena jangka waktu pembelian persediaan cukup panjang, yaitu 65.445 hari, dan masa perputaran jangka waktu paling pendek pada tahun 2006, yaitu 30.7451 hari.
·         Account Receivable Turnover
Pada tahun 2005 mengalami perputaran piutang usaha paling rendah, yaitu sebesar 33.6146 yang disebabkan karena mengalami penurunan penjualan. Dan puncaknya di tahun 2008 senilai 330.3467 yang disebabkan karena penjualan mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2009, yaitu senilai 47.3717, terlihat perputaran piutang usaha mengalami penurunan yang mana disebabkan adanya penurunan penjualan. Dan penurunan perputaran piutang usaha di tahun 2010 sendiri, yaitu senilai 89.4824, disebabkan karena adanya kenaikan penjualan.
·         Average Collection Period
Pada tahun 2005 mengalami penurnan yang disebabkan adanya keterlambatan dalam penerimaan piutang, dan titik terendah terjadi pada tahun 2011.
·         Total Asset Turnover
Total Asset Turnover pada PT. Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2005-2008 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan. Kemudian pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan kembali, yang diikuti dengan penurunan kembali pada tahun 2012-2013, hal ini disebabkan karena total aktiva meningkat namun penjualannya menurun.
·         Fixed Asset Turnover
Berdasarkan analisa keuangan tahun 2005-2013, laju rasio fixed asset turnover tidak stabil. Terjadi penurunan pada tahun 2006 dan 2012, sampai pada puncaknya pada tahun 2008. Ketidakstabilan dari laju rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk bisa memutar nilai aset tetap perusahaan memiliki kondisi yang tidak stabil, hal ini terjadi karena adanya krisis keuangan pada tahun 2008.
3.      Leverage Ratio
Leverage Ratio yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan ditentukan dari aset-aset yang di miliki perusahaan.
·         Debt Ratio
Berdasarkan analisis dan laju penurunan grafik secara keseluruhan terhadap rasio debt ratio menunjukkan ketidakmampuan perusahaan mengurangi resiko perusahaan dalam mendanai aset dengan hutang yang dimilikinya. Penurunan signifikan yang terjadi pada tahun 2008-2009 sebesar. Pada tahun 2012, laju rasio meningkat secara signifikan total kewajiban meningkat sebesar 27%.
·         Debt to Equity Ratio
Berdasarkan grafik di atas, secara keseluruhan laju rasio ekuitas meningkat. Hal ini menujukan kondisi keuangan yang makin baik dari tahun ke tahun walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009. Peningkatan jumlah ekuitas diiringi dengan peningkatan aset yang seimbang. Terdapat kenaikan laju rasio secara signifikan pada tahun 2012.
·         Equity Ratio
Berdasarkan grafik di atas, terdapat kenaikan laju rasio  pada tahun 2007-2011, kemudian pada tahun 2011-2013 menunjukkan adanya penurunan kemampuan untuk mendanai aset dengan modal sendiri.
·         Equity Multiplier
Berdasarkan analisis keuangan, menunjukkan penurunan dan kenaikan resiko secara signifikan. Pada tahun 2005-2007 mengalami kenaikan siginifikan, kemudian dari 2007-2009 mengalami penurunan signifikan, tahun 2009-2011 cenderung stabil, tahun 2011-2012 mengalami kenaikan seignifikan dan 2012-2013 mengalami penurunan kembali.
·         Time Interest Earned Ratio
     Berdasarkan grafik di atas, dari tahun 2007-2008 terjadi peningkatan yang signifikan, kemudian diikuti dengan penurunan yang drastis di tahun 2008 menuju 2009, sedangkan di tahun lainnya cenderung stabil. Hal ini disebabkan karena nilai interest expense di tahun 2008 sangat kecil, yaitu Rp. 179 juta
4.      Profitabilitas Ratio
Profitabilitas Ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan PT. Astra Agro Lestari  Tbk dalam menghasilkan laba dari penjualan/pendapatan maupun pemanfaatan modal serta aktiva yang dimiliki perusahaan.

·         Gross Profit Margin
Dilihat dari grafik di atas, perjalanan garis grafik dari tahun 2007 menuju 2008 mengalami kenaikan secara signifikan, diikuti dengan penurunan yang drastis dari tahun 2008 menuju 2009. Dan di tahun 2009-2013 mengalami naik turun garis grafik yang tidak terlalu signifikan.
·         Operating Profit Margin
Berdasarkan grafik di atas, pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini disebabkan karena kinerja perusahaan dalam memperolah laba operasi baik, namun pada tahun 2007-2012 mengalami penurunan, hal ini karena kinerja perusahaan dalam memperoleh laba operasi kurang baik, dan dari 2012-2013 mengalami kenaikan kembali.
·         Net Profit Margin
Dari grafik di atas, dapat dilihat pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini berarti semakin efisien PT. Astra Agro Lestari dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya pada tahun tersebut, kemudian pada tahun 2008-2009 mengalami penurunan yang signifikan, hal ini menunjukkan tidak efisiensinya perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biaya dalam kegiatan operasinya.
·         OIROI / EROA
Berdasarkan grafik di atas, pada tahun 2006-2007 mengalami kenaikan, tetapi pada tahun berikutnya mengalami penurunan, hal ini menandakan kemampuan perusahaan kurang baik dalam meminimalkan biaya operasional.
·         ROA
Berdasarkan grafik di atas pada tahun 2006-2008 mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan, hal ini menandakan perusahaan tidak efisien dalam memanfaatkan aktiva dalam kegiatan operasinya.
·         ROE
Berdasarkan grafik di atas pada tahun 2006-2007 menunjukkan garis yang naik secara signifikan, hal ini disebabkan karena kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi. Namun dari tahun 2008-2009 menunjukkan garis yang turun secara drastis , hal ini disebabkan karena laba yang dihasilkan perusahaan rendah, sehingga menimbulkan tingkat pengembalian investasi terhadap investor juga turun. Sedangkan di tahun lainnya mengalami naik turun garis grafik yang tidak terlalu signifikan.
·         Earning Per Share (EPS)
Berdasarkan garafik di atas, pada tahun 2006-2008 mengalami kenaikan, berarti pada tahun ini keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya baik, sedangkan di tahun 2008-2009 mengalami penurunan, kemudian naik kembali di tahun 2009-2012, dan diikuti penurunan kembali ditahun 2012-2013.
·         Dividend Per Share (DPS)
Berdasarkan grafik di atas, pada tahun 2007-2008 dan 2011-2012 tidak terdapat dividen. Namun pada umumnya, DPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu memberikan dividen dalam jumlah yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya, DPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan hanya mampu memberikan dividen dalam jumlah yang redah.
·         Dividend Payout Ratio (DPR)
Berdasarkan grafik di atas, pada tahun 2007-2008 dan 2011-2012 tidak terdapat dividen. Namun di tahun 2005-2006, 2009-2010, dan 2013 terdapat dividen, sehingga hanya pada tahun itu saja dividen payout ratio dapat dihitung.


C. Analisis Saham Perusahaan
1.      Grafik Pergerakan Harga Saham

            Berdasarkan grafik pergerakan harga saham di atas, dapat dilihat bahwa pada awal Januari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan harga saham. Lalu harga saham dari tahun 2008-2012 harga saham AALI sangat berfluktuatif dan cenderung konstan, karena kenaikan dan penurunan harga saham tidak terlalu tinggi. Meskipun pada pertengahan hingga akhir tahun 2008 terjadi penurunan saham yang cukup tajam. Hal ini terjadi karena di tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global di Amerika yang menyebabkan enggannya para investor untuk menanamkan modal nya kepada AALI. Kemudian di tahun 2013-2014 harga saham cenderung naik, hal ini karena kinerja perusahaan AALI cukup baik sehingga harga kembali stabil.
2.      Grafik Pergerakan Return Saham

            Berdasarkan pada grafik di atas, pergerakan return saham AALI mengalami perubahan yang sangat mencolok terjadi di awal tahun 2009. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut harga saham mengalami penurunan yang disebabkan adanya krisis ekonomi dunia di Amerika. Kemudian dari tahun 2010 sampai 2014 pergerakan return sahamnya cenderung konstan, karena tidak ada pergerakan return saham yang terlalu tinggi maupun yang terlalu rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh membaiknya kinerja perusahaan AALI sehingga pergerakan grafik return saham kembali stabil.
            Dari grafik pergerakan return saham ini pula, bisa dilihat apabila nilai return saham menunjukkan angka min, itu berarti harga saham sekarang lebih kecil dari harga saham kemarin (P0 > P1). Dan apabila nilai return saham menunjukkan angka 0, itu berarti harga saham dari hari kemarin sama dengan harga saham hari ini (P0=P1).

3.      Analisis Pergerakan Harga Saham dan Return Saham
Dari grafik pergerakan harga saham dan return saham, dapat kita analisis bahwa laju pergerakan return saham tergantung pada harga saham itu sendiri. 
Hal itu dapat kita lihat dari dua grafik di atas, apabila return saham menunjukkan angka minus, itu berarti harga saham di hari sebelumnya lebih besar dari harga saham hari ini. Seperti yang ditunjukkan pada grafik harga saham di atas, apabila grafik menunjukkan garis grafik yang menurun, otomatis pada grafik return saham juga akan menunjukkan garis grafik dengan angka minus.
Dapat kita lihat dari tahun 2006 sampai pertengahan 2008, grafik harga saham dan return saham sama-sama menunjukkan kenaikan yang cukup stabil, kemudian di akhir tahun 2008 harga saham menunjukkan garis grafik yang turun drastis yang berimbas hingga awal tahun 2009, hal ini terjadi karena para investor enggan menanamkan modal ke perusahaan PT. Astra Agro Lestari, sehingga return saham juga ikut turun hingga menunjukkan angka minus. Lalu di awal tahun 2009 hingga tahun 2014 harga saham mulai kembali stabil dan naik secara perlahan, yang ditunjukkan pula oleh grafik return saham yang cenderung stabil.
            Grafik harga saham dan return saham yang menunjukkan kenaikan secara bertahap dan stabil menandakan bahwa kinerja perusahaan PT. Astra Agro Lestari semakin membaik dan para investor kembali menaruh kepercayaannya untuk menanamkan modal ke PT. Astra Agro Lestari.


D.    Analisis Hubungan Antara Kondisi Keuangan Perusahaan dengan Pergerakan Harga Saham dan Return Saham Perusahaan
Analisis Hubungan antara kondisi keuangan perusahaan dengan pergerakan harga saham dapat dilihat dari grafik dan penghitungan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin, Earning Per Share, Dividen Per Share, Debt to Equity Ratio. Uraiannya sebagai berikut :
            Return On Asset ( ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang di tanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA pada PT. Astra Agro Lestari Tbk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di mana saat laba sebelum pajak naik dan total aktiva turun, maka ROA akan naik. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh kentungan bersih. Hal ini selanjutnya akan menunjukkan daya tarik investor ke PT. Astra Agro Lestari Tbk, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari PT. Astra Agro Lestari Tbk tersebut di pasar modal juga akan semakin tinggi, sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham PT. Astra Agro Lestari Tbk.
            Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi pula return yang akan dihasilkan perusahaan. Return perusahaan yang tinggi akan menyebabkan harga saham perushaan tersebut bergerak naik. ROE ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola perusahaan sendiri secara efektif, pengukuran tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE pada PT. Astra Agro Lestari Tbk menunjukkan naik turun yang kurang stabil, yang paling mencolok adalah pada tahun 2006-2009, di tahun ini ROE PT. Astra Agro Lestari Tbk mengalami naik turun yang sangat drastis, hal ini mempengaruhi harga saham perusahaan, harga saham pada tahun ini juga mengalami naik turun yang kurang stabil, ini berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba perusahaan kurang stabil. Kemudian di tahun berikutnya ROE kembali stabil.
Net Profit Margin adalah perbandingan laba bersih dan penjualan. Semakin besar Net Profit Margin maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin besar kemampan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Net Profit Margin yang diperoleh PT. Astra Agro Lestari Tbk dari tahun ke tahun mengalami naik turun yang tidak cukup stabil. Bisa dilihat di tahun 2006-2009, PT. Astra Agro Lestari Tbk mengalami naik turun grafik Net Profit Margin yang drastis, ini berarti di tahun 2006-2009 PT. Astra Agro Lestari Tbk menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang stabil, sehingga di tahun ini pula investor enggan untuk menanamkan modalnya karena kekurang stabilan kinerja perusahaan. Kemudian di tahun berikutnya kembali stabil.
Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. Earning Per Share (EPS) menggambarkan profitabilitas perusahaan yang terdapat pada setiap lembar saham.  EPS juga menggambarkan jumlah laba atau keuntungan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham. EPS yang meningkat menandakan bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor. Hal ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada saham perusahaan tersebut. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham, mendorong harga saham naik. Dengan demikian, jika EPS meningkat, maka pasar akan merespon positif dengan diikuti kenaikan harga saham. Semakin tinggi nilai EPS berarti akan semakin baik karena akan meningkatkan harga saham, dan ini akan menguntungkan perusahaan. EPS yang tercatat  pada PT. Astra Agro Lestari menunjukkan alur garis grafik yang kurang stabil, dimana pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang tajam, dan dilanjutkan dengan penurunan yang tajam pula di tahun 2009, kemudian naik lagi dari tahun 2009-2011, namun pergerakannya tidak setajam di tahun 2008. Ini berarti di tahun 2008 pendapatan yang dihasilkan lebih besar daripada pendapatan di tahun-tahun lainnya.
 Dividend Per Share (DPS) merupakan penghasilan dividen tiap sahamnya. Ini berarti semakin besar DPS pada perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan insvestor untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin besar DPS akan semakin baik. DPS yang tercatat pada PT. Astra Agro Lestari dari tahun ke tahun menunjukkan alur yang tidak stabil, hal ini di karenakan pada tahun-tahun tertentu PT. Astra Agro Lestari nilai dividend nya 0, yaitu terjadi pada tahun 2007-2008 dan 2011-2012.
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi hutangnya dengan modal yang mereka miliki. DER yang tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan semakin berat. Jika perusahaan menanggung beban melebihi modal sendiri, maka harga saham akan menurun. Dilihat dari grafik pada PT. Astra Agro Lestari, garis grafik menunjukkan alur yang cukup stabil, ini berarti perusahaan mampu melunasi hutang dengan modal yang mereka miliki, tidak tergantung pada pihak luar.
D.    Kesimpulan dari Hasil Analisis Pergerakan Harga Saham
Berdasarkan analisis pergerakan harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk sebelumnya, dapat dilihat bahwa pergerakan harga penutupan saham harian bersifat fluktuatif. Hal ini juga diiringi dengan pergerakan grafik return saham yang cukup fluktuatif.
Pergerakan harga saham tersebut mengikuti dan menyesuaikan dengan kondisi perekonomian global yang kurang stabil. Salah satunya adalah terjadinya krisis moneter yang terjadi di akhir 2008. Hal ini menyebabkan para investor menjadi enggan untuk menanamkan modal ke PT Astra Agro Lestari. Walaupun kurang stabil tetapi PT Astra Agro Lestari mampu mempertahankan laju peningkatan harga saham serta return sahamnya. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan semakin meningkat bagi pihak eksternal (investor).
Jadi pergerakan harga saham dan volume transaksi saham yang terjadi cenderung bersifat fluktuatif mengikuti kondisi perekonomian global. 

Kamis, 21 Agustus 2014

Alasan Memilih Nama Stock

Menurut kami stock itu menarik tidak mudah di prediksi dan selalu berubah, seperti pribadi kami masing-masing yang pribadinya susah ditebak. 

Rabu, 20 Agustus 2014

Arti Nama Kelompok

Dalam kamus besar arti stock sendiri adalah saham. Menurut wikipedia, saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan.